Pernyataan Sikap GSBI Tentang Pemilu Presiden 9 Juli 2014

Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) sebagai sebuah organisasi buruh nasional yang independen yang berwatak anti imperialisme ya...



Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) sebagai sebuah organisasi buruh nasional yang independen yang berwatak anti imperialisme yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan hak azasi manusia merasa perlu untuk terus memberikan ulasan analisa atas perkembangan situasi politik khususnya tentang Pilpres 2014, sekaligus memberikan arahan kepada anggota-anggota organisasi khususnya dan kaum buruh di Indonesia pada umumnya. Rilis ini dikeluarkan untuk memperterang pendirian dan sikap organisasi atas pelaksanaan Pilpres yang akan berlangsung 9 Juli 2014 nanti sebagaimana yang sudah dinyatakan dalam pernyataan sikap GSBI sebelumnya tertanggal 20 Juni 2014.
 
 Pernyataan Sikap Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) :
Kepada Kaum Buruh di Pabrik_Pabrik di Seluruh Indonesia
Jangan Pilih Calon Presiden Penindas Rakyat Yang Siap Sedia Melanjutkan 
Penindasan dan Penghisapan 10 Tahun Dibawah Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono.




Salam demokrasi..!!
Kepada kawan_kawan buruh di seluruh Indonesia, Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan 1435 H kepada seluruh umat Islam di Indonesia. Kami berharap seluruh kaum buruh di Indonesia tetap berada dalam semangat juang yang tinggi, dan berbagai bentuk perjuangan yang dilakukan oleh kaum buruh di Indonesia dihormati serta dapat dipahami sebagai bentuk penghargaan atas keberagaman dan demokrasi. Kamipun berharap, agar berbagai bentuk perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan tidak menjadi pembeda diantara kaum buruh serta tidak digunakan untuk memperuncing pertentangan diantara kaum buruh di Indonesia. 

Kawan_kawan buruh di seluruh Indonesia, kita memahami bersama bahwa era kepemimpinan SBY akan segera berakhir tahun ini. Sepuluh tahun dibawah kepemimpinan rejim SBY, kaum buruh telah merasakan benar bagaimana beratnya beban penindasan dan penghisapan yang dilakukan dalam bentuk perampasan upah, sistem kerja kontrak dan outsourcing serta pemberangusan serikat buruh. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan_kebijakan SBY yang sangat berpihak kepada kepentingan kapitalisme monopoli (imperialisme) Amerika Serikat, yang terus berusaha mengintensifkan serta melipatgandakan keuntungan dari hasil kerja kaum buruh di Indonesia.

Dalam Pemilu Presiden yang akan diselenggarakan beberapa jam mendatang, Calon Presiden yang berjanji akan melanjutkan program dan capaian 10 tahun pemerintahan SBY perlu mendapatkan perhatian yang serius. Selantang apapun capres ini meneriakkan nasionalisme, tidak lebih hanyalah slogan semata untuk mendapatkan simpati rakyat, karena esensinya, janji untuk melanjutkan program SBY sama artinya dengan melanjutkan penindasan dan penghisapan seperti yang telah dilakukan oleh SBY selama sepuluh tahun berkuasa.

Kawan_kawan buruh di seluruh Indonesia, tentu kita semua tidak akan pernah lupa denganapa yang sudah dilakukan oleh gerakan rakyat pada tahun 1998, dimana kaum buruh di Indonesia turut serta dan mengambil peranan aktif untuk melengserkan rejim Soeharto yang sangat anti terhadap demokrasi. Perjuangan militan tersebut sedikit banyak telah membuka ruang demokrasi di Indonesia, setidaknya hak berserikat dan berorganisasi bagi kaum buruh kemudian dijamin oleh Undang_Undang, pun demikian dengan hak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum yang sangat mustahil diperoleh ketika rejim Soeharto berkuasa. Meskipun saat ini, khususnya sepuluh tahun dibawah pemerintahan SBY, hak_hak tersebut kembali dibatasi.

Untuk dapat memperoleh atau membuka ruang demokrasi di indonesia, tidak sedikit pengorbanan yang diberikan oleh kaum buruh dan seluruh rakyat Indonesia. Kita semua masih dengan jelas mengingat, sejak menapakkan kekuasaannya di Indonesia, pemerintah orde baru dibawah kepemimpinan fasis Soeharto telah menjalankan pemerintahan dengan jalan teror, intimidasi, penculikan serta pembunuhan keji, penculikan dan pembunuhan keji aktivis buruh “MARSINAH” salah satu bukti nyata yang tidak akan pernah terlupakan oleh seluruh buruh dan rakyat Indonesia. Puncaknya adalah ketika gerakan rakyat meningkat pada tahun 1998, teror dan intimidasi dengan menggunakan kekuatan militer dilakukan oleh Soeharto, salah satunya adalah dengan jalan melakukan penculikan terhadap aktifis_aktifis pro_demokrasi, dimana sebagian dari mereka sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Hal yang kemudian memprihatinkan adalah, bahwa orang yang terlibat dalam upaya_upaya pemberangusan ruang demokrasi di Indonesia, orang yang terlibat dalam penculikan aktifis pro_demokrasi saat ini tengah bertarung memperebutkan kursi presiden di negeri ini. GSBI sebagai sebuah organisasi, dengan tegas menolak calon presidenyang mempunyai latar belakang demikian dipilih dalam Pemilu presiden 2014. Ini adalah bentuk nyata penghargaan kami kepada kawan_kawan aktifis pro_demokrasi yang telah melakukan pengorbanan hebat dalam melawan rejim Soeharto. Kami tidak ingin mengkhianati pengorbanan besar tersebut, karena dari perjuangan militan merekalah sedikit ruang demokrasi di negeri ini dapat kita rasakan hingga hari ini.

Kebebasan dan ruang demokrasi dari hasil perjuangan 1998 begitu mahal harganya. Rakyat Indonesia, dari kaum buruh, tani, pemuda mahasiswa, perempuan bahkan hingga profesional sekalipun tidak akan mudah untuk mengekspresikan tuntutan perbaikan hidupanya tanpa adanya ruang demokrasi. Dan menjadi keharusan bagi kaum buruh serta seluruh rakyat untuk berjuang mempertahankan kebebasan ini, serta berusaha kuat untukmengembangkannya dan tidak membiarkan kebebasan yang sudah dicapai ini dirampas kembali oleh rejim. 

Kawan_kawan buruh di seluruh Indonesia, hal lain yang juga menjadi keprihatinan bagi kamiadalah terpecahnya organisasi_organisasi serikat buruh, serta termobilisasinya kaum buruhuntuk memberikan dukungan terhadap calon presiden yang secara nyata terlibat dalam pembungkaman aspirasi buruh dan rakyat dengan berbagai alasan, baik karena kebimbangan ataupun keterpaksaan. Keprihatinan ini utamanya karena kami menilai dalam Pilpres kali ini tidak ada calon presiden yang benar_benar mengemban amanat kaum buruh dan mewakili kepentingan sejati kaum buruh. 

Kawan_kawan buruh di seluruh Indonesia, kita tidak perlu berkecil hati, tidak boleh menyerah ataupun patah semangat untuk terus konsisten dalam perjuangan gerakan buruh yang sejati. Masalah upah tetap menjadi problem utama bagi kaum buruh di Indonesia, selain sistem kerja kontrak, outsourcing dan pemberangusan serikat buruh (union busting). Perjuanganperjuangan atas upah harus senantiasa digelorakan mulai dari tingkat pabrik, kota/kabupaten, provinsi hingga nasional, untuk mendapatkan kemenangan_kemenangan yang memberikan perbaikan kehidupan bagi kaum buruh. Utamanya dalam momentum saat ini adalah usaha memperjuangkan Tunjangan Hari Raya (THR) agar segera dibayarkan sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.

Kawan-kawan buruh di seluruh Indonesia, kami juga menyerukan kepada kaum buruh maupun organisasi_organisasi serikat buruh agar segera berjuang mengusung aspirasi gerakan buruh yang sejati, yaitu menentang calon presiden yang menindas dan menghisap rakyat. Kami berharap, seluruh kekuatan kaum buruh, tani, pemuda mahasiswa, perempuan, buruh migran serta profesional tertindas di indonesia bersatu, membangun kekuatan untuk terus mengkampanyekan penolakan terhadap calon presiden yang anti terhadap demokrasi dan terbukti menindas rakyat serta gerakan mei 1998.

Demikian pernyataan sikap GSBI ini kami sebarluaskan kepada kawan_kawan buruh di pabrik-pabrik serta seluruh rakyat Indonesia agar mendapatkan perhatian serius bagi kita semua.

Jakarta, 8 Juli 2014




Rudi HB Daman
Ketua Umum
Emelia Yanti MD Siahaan, SH
Sekretaris Jendral

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item