GSBI Berikan Orasi Dukungan Perjuangan Aksi Ribuan Warga Sukamulya Rumpin

Jakarta,22/1/2014 . Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) yang disampaikan oleh Neneng Dian Marliah memberikan orasi politik dukungan p...

Jakarta,22/1/2014. Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) yang disampaikan oleh Neneng Dian Marliah memberikan orasi politik dukungan perjuangan bagi Ribuan Petani warga desa Sukamulya Kec. Rumpin Kabupaten Bogor yang hari ini (22/1/2015) mendatangi Istana Presiden Jokowi untuk mendesak pemerintah Jokowi segera  menyelesaikan konflik  tanah di Rumpin Kabupaten Bogor, sekaligus menagih komitmen Jokowi atas janjinya untuk menyelesaikan seluruh konflik agraria dan menjalankan landreform di Indonesia yang pernah di janjikan ketika hendak menjadi presiden.

Dalam orasi politiknya, Neneng Dian Marliah menjelaskan,” bahwa GSBI selaku organisasi pusat perjuangan kaum buruh di Indonesia yang menghimpun kaum buruh dan serikat buruh dengan tegas mendukung sepenuhnya perjuangan warga desa Sukamulya Rumpin Bogor dalam memperjuangkan tanahnya, dalam menyelesaikan sengketa tanahnya dengan pihak AURI/TNI AU yang telah menyerobot dan merampas tanah wasyarakat Rumpin. GSBI bukan bersolidaritas tapi kami ambil bagian penuh dalam perjuangan menolak dan melawan monopoli dan perampasan tanah rakyat. tegas nya.

Monopoli dan perampasan tanah telah menghacurkan pertanian sekala kecil dan mengusir petani dari tanahnya sendiri, karena perampasan tanah semakin massif ini mengakibatkan masyarakat kehilangan sumber penghidupannya di desa, sehinga mereka dan anak-anak mereka harus bermigrasi terpaksa ke luar negeri menjadi Buruh Migran (TKI) dan urbanisasi ke kota-kota besar yang pada perkembanganya menjadi cadangan tenaga kerja murah yang mengibatkan posisi tawar buruh sangat rendah, sehingga tuntutan kenaikan upah mengalami hambatan lebih lanjut. Kondisi ini yang menyebabkan politik upah murah dapat dijalankan dengan mulus di Indonesia. Kuatnya persaingan pecari kerja atau pengangguran yang berlimpah inilah salah satu keterkaitan permasalahan kaum tani dan kaum buruh di Indonesia. Jadi bagi kaum buruh dan serikat buruh sejati adalah keharusan untuk ambil bagian dalam perjuangan melawan monopoli dan perampasan tanah rakyat. Tidak akan ada kepastian kerja yaitu terhapuskan sistem kerja kontrak jangka pendek dan outsourcing, tidak akan ada upah yang layak serta jaminan bagi kebebasan berserikat bagi kaum buruh jika masih terjadi monopoli dan perampasan tanah terus berlanjut. lanjut Neneng.

Dalam penutup orasinya Neneng Dian Marliah mengatakan, GSBI memberikan penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya serta rasa salut terhadap seluruh warga desa Sukamulya Rumpin yang dengan militan terus berjuang selama 8 tahun tanpa kenal lelah walau mendapatkan intimidasi, teror dan tindak kekerasan. Hal ini patut di tiru oleh seluruh kaum buruh dimanapun termasuk GSBI, untuk tetap militan, sabar dan tak kenal lelah dalam perjuangan.

Maka, Jika Pemerintahan Jokowi-JK tidak juga segera menyelesaiakn konflik tanah dan menjalankan landreform di Indonesia, terkhusus menyelesaikan konflik tanah antara masyarakat Sukamulya dengan TNI-AU, bisa dipastikan bahwa rakyat Indonesia khususnya masyarakat Sukamulnya akan semakin kehilangan kepercayaan terhadap Jokowi dan juga terhadap peran serta pemerintah dalam melindungi dan melayani rakyatnya.

Hujan yang seharian penuh mengguyuran Jakarta tidak menyurutkan massa aksi beranjak dari barisan sepanjang longmach begitu juga barisan ketika di depan Kementerian Pertahanan dan di depan Istana masa tetap solid dan bersemangat. Selain membawa bendera warga Desa Sukamulya Rumpin juga membawa berbagai poster dan spanduk tuntutan yang disiapkan para pemuda-pemudi Sukamulya. Beberapa spanduk dan poster bertuliskan “Kembalikan 1000 ha Tanah Desa Sukamulya dari Klaim TNI AU”,  “Stop Kekerasan pada Petani”, “Hentikan Perampasan Tanah, dan Tanah Untuk Rakyat”, Jokowi JK Man Janjimu, Jangan Bohong Terhadap Rakyat”.

Selain berorasi, para demonstran juga menggelar aksi teaterikal. Treaterikal yang di perankan oleh pemuda pemudi desa Sukamulya dengan 6 petani yang diseret, ditendang, dianiaya  oleh dua TNI bersenjata laras panjang dan para petani bergandengan tangan sebagai simpul persatuan melawan keserakahan TNI AU atas klaim 1000 ha tanah warga Desa Sukamulya Rumpin.

Teaterikal ini  menggambarkan tragedi 22 Januari 2007 ketika TNI AU mengobrak abrik desa Sukamulya paska masyarakat melakukan demontrasi menolak pembangunan water training TNI AU di tanah desa Sukamulya hingga puluhan masyarakat mengalami korban kekerasan serta betapa tertindasnya para petani Sukamulya. (Djm-edit-Rd-Jan 2015)#

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item