Industri Manufaktur Geser Industri Sumber Daya Alam

Seiring perkembangan teknologi serta kebutuhan pasar, dalam jangka 10 tahun terakhir terjadi pergeseran orientasi industri nasional dari sem...


Seiring perkembangan teknologi serta kebutuhan pasar, dalam jangka 10 tahun terakhir terjadi pergeseran orientasi industri nasional dari semula industri yang berbasis sumber daya alam ke industri pengolahan (manufaktur).

"Dengan mengembangkan industri manufaktur akan di dapat nilai tambah (added value) suatu produk dibanding hanya mengandalkan produk berbasis sumber daya alam (SDA)," ujar Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian, Agus Tjahjana Wirakusumah di Jakarta, (14/7).

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, imbuh Agus, industri makanan dan minuman yang sebagian besar masih mengandalkan produk SDA mengalami penurunan pertumbuhan dari 33%-29%. "Sementara, industri padat modal dan teknologi seperti elektronik dan transportasi tetap tumbuh 20%-23%," ujar Agus.

Karena itu, pihaknya terus berupaya memacu kontribusi industri manufaktur non migas berorientasi ekspor. "Kita menargetkan kontribusi produk manufaktur non migas hingga 30%, atau sekitar Rp500 triliun terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)," ujar Agus.

Meski di tengah perlambatan ekonomi dunia, target tersebut dirasa masih bisa diwujudkan. "Saat ini kontribusinya memang baru 23% terhadap PDB nasional Rp1.300 triliun. Namun kita yakin bisa dorong karena peran industri migas lambat laun akan semakin jauh berkurang, sehingga ada pergeseran peran penyumbang devisa dari industri migas ke industri non migas," ujar Agus. (Jaz/OL-06)


Sumber: Media Indonesia.com, Selasa, 14 Juli 2009 16:37 WIB. Penulis : Jajang

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item