Bagaimana kapitalis mengintensifkan penghisapan terhadap klas buruh?
Kapitalis menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan derajat penghisapan terhadap buruh. Di Indonesia, senjata efektif kapitalis untuk mel...
https://www.infogsbi.or.id/2010/07/bagaimana-kapitalis-mengintensifkan.html
Kapitalis menerapkan berbagai cara untuk meningkatkan derajat penghisapan terhadap buruh. Di Indonesia, senjata efektif kapitalis untuk melawan buruh adalah mempertahankan keadaan ekonomi negeri yang terbelakang. Persediaan tenaga kerja sangat berlimpah melampaui dengan kebutuhan industri dan pertanian. Setiap 3 orang sekurang-kurangnya 2 orang tidak memiliki pekerjaan atau hanya bekerja secara serabutan. Mereka ini akan merebut setiap kesempatan apa pun agar dapat bekerja. Setiap tahun, terus bertambah besar jumlah orang yang tidak bekerja atau hanya bekerja secara serabutan.
Dalam keadaan ini, pembelian tenaga kerja sangat menguntungkan kapitalis. Dengan bantuan pemerintah, kapitalis dapat dengan mudah menjalankan beberapa skema untuk meningkatkan derajat penghisapannya terhadap buruh diantaranya:
Merancang upah minimum yang sangat rendah. Upah bagi buruh biasa, termasuk semua tunjangan dan bayaran lainnya tidak mencukupi untuk kebutuhan makanan yang dibutuhkan agar keluarganya dapat hidup dengan sehat.
Potongan upah yang besar yang diambil dari upah lembur, cuti sakit, bayaran kerja di hari libur dan minggu, dan juga bayaran cuti.
Undang-Undang Pengupahan dan peraturan upah minimum yang tidak diterapkan. Penetapan upah minimum sudah sangat rendah, akan tetapi masih saja banyak pabrik yang tidak mematuhinya dengan berbagai cara. Berdasarkan survey pemerintah hanya 40% perusahaan yang menerapkan UMP atau UMK. Jangankan menegakkan hukum, pemerintah justru memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk melanggar peraturan tersebut dengan cara memberikannya kesempatan menunda pembayaran atau tidak membayar sama sekali sesuai dengan peraturan yang ada. Toleransi besar pemerintah terhadap kapitalis juga berkaitan dengan penerapan “hanya kerja” kontak, sistem magang yang tidak ada batas waktu dan lain sebagainya.
Disamping upah yang sangat rendah, waktu kerja yang panjang, atau kerja dengan target yang tinggi juga dipraktekkan. Pada umumnya, perpanjangan waktu kerja atau menetapkan target yang tinggi-yang sudah pasti akan meningkatkan derajat penghisapan dan laba-yang menyebabkan keletihan yang sangat bagi tenaga kerja buruh dan merusak kesehatannya, kesemua penderitaan tersebut sama sekali tidak diikuti dengan kenaikan upah.
Upah tidak pernah naik sekalipun harga barang dan biaya lainnya yang harus ditanggung buruh terus naik. Jika pun upah mengalami peningkatan, jumlah kenikan upah tidak cocok dengan kenaikan harga dari baran. Sehingga nilai riil upah tidak berhubungan berbanding terbalik dengan kenaikan harga.
Sepanjang krisis berlangsung, buruh banyak kehilangan pekerjaan, atau pemotongan terhadap upah berdasarkan masa kerja. Dalam krisis kecenderungan alamiah dari upah selalu mengalami penurunan sebab persediaan tenaga kerja yang berlimpah tumbuh dengan cepat di pasar. Kapitalis selalu mengeruk keuntungan dari keadaan ini dengan menurunkan upah buruh untuk memperbesar perampasan nilai lebih dari kerja. Ketika ekonomi mengalami perbaikan kembali, kapitalis tetap saja tidak menaikkan upah.
Alat utama untuk mengintensifkan penghisapan kapitalis dapat dibagi menjadi dua: pertama, memperbesar nilai lebih dengan memperpanjang hari kerja. Hal ini menciptakan nilai lebih mutlak. Kedua, memperpendek waktu kerja perlu dengan memajukan alat produksi dan mesin, dan meningkatkan produksi buruh. Hal ini menciptakan nilai lebih relatif.
Yang pertama adalah perampasan sederhana dengan alat produksi yang terbelakang, dan yang kedua berhubungan dengan penguasaan kapitalis dengan komplet dan dapat merevolusionerkan alat produksi. Di negeri yang maju, cara yang pertama diterapkan pada saat krisis dan dalam sektor produksi di mana upah dan produktifitas masih rendah. Secara keseluruhan, cara yang kedua sangat berat.
Cara yang pertama berdominasi di negeri yang terbelakang, yaitu negeri setengah feodal seperti Indonesia. Beberapa bentuk penghisapan dalam bagian ini seperti: taret produksi yang tinggi, memaksakan lembur, bekerja bahkan selama hari libur dan hari minggu, membeli hari libur buruh, memperpendek waktu istirahat makan dan lain sebagainya.
Menurunkan upah ke tingkatan lebih rendah dari nilai riil tenaga kerja—sesuatu yang biasa di Indonesia—juga memperpendek waktu kerja yang diperlukan untuk memproduksi barang yang setara dengan upah buruh. Tetapi hal ini tersebut hanya terbatas pada soal biaya yang melampaui batas normal, merusak waktu kerja perlu, dan menghancurkan reproduksi tenaga kerja. Apa yang mereka praktekkan di Indonesia hanyalah pengingat saja betapa rakusnya borjuasi besar asing dan borjuasi lokal. Hal ini juga mengingatkan kita betapa dalamnya penghisapan di negeri setengah jajahan dan setengah feodal.
Tendensi umum kapitalis adalah menurunkan upah, di sisi yang lain meningkatkan nilai lebih. Upah dan nilai lebih lahir dari sumber yang sama yaitu nilai yang diptakan oleh buruh. Ketika nilai absolut mengalami kenaikan akan tetapi nilai upah mengalami penurunan, selanjutnya persentase yang diterima oleh buruh dari produk yang dia ciptakan semakin mengecil.
Sepanjang sistem upahan masih eksis, pasar masih menentukan upah, sepanjang itu pasar masih menguntungkan kapitalis. Upah aktual—meskipun juga bergantung pada keadaan pasar—tetap saja ditentukan oleh perjuangan antara kapitalis dengan buruh. Ketika organisasi buruh tidak lahir, lemah atau kecil, masih berlangsung persaingan antar buruh dan tidak bersatu melawan kapitalis. Dalam keadaan ini kapitalis akan mendapat keuntungan yang besar.
Bukan Karena Takdir Buruh tertindas
Ketertindasan kaum buruh, bukanlah karena nasib, atau takdir yang tidak bisa dirubah. Keadaan kaum buruh seperti saat ini, adalah karena kelicikan kaum kapitalis yang ingin untung sebesar-besarnya, dengan cara menindas buruh. Pemerintah, yang seharusnya melindungi hakhak kaum buruh, sangat minim sekali memperhatikan nasib kaum buruh. Malah, pemerintah selalu melindungi kepentingan kaum kapitalis dan menyalahkan kaum buruh. Ini karena pemerintah kita juga berasal dari kaum penindas yang anti kaum buruh. Dapat kita lihat, dalam beberapa kasus perburuhan, kaum kapitalis hampir selalu dimenangkan. Hampir tidak ada pengusaha yang ditahan karena melanggar undang-undang, tetapi banyak kita temui buruh yang dihukum karena dinilai melanggar undang-undang.
Dengan berbagai cara, kaum buruh selalu dibodohi, diancam, ditakuttakuti, dan dihalang-halangi untuk dapat mengetahui hak-haknya. Jadi, tidak ada jalan lain, kaum buruhlah yang harus bangkit dan memperjuangkan hak-haknya. Kaum buruh tidak dapat menggantungkan harapan kepada pemerintah yang tidak melindungi kepentingan kaum buruh.
Organisasi Serikat Buruh menjadi penting kedudukannya bagi buruh
Akan tetapi ketika organisasi klas buruh kokoh, kuat dan memiliki basis yang luas, klas buruh memiliki senjata untuk melawan kapital. Buruh dapat memperjuangkan standar upah yang layak, dan untuk mendapatkan bagian yang lebih besar atas produk tenaga kerjanya sendiri. Mereka dapat mempergunakan akumulasi kekuatannya yang besar dan peranannya yang menentukan dalam industri untuk berhadap-hadapan dengan kapitalis setiap harinya, dan menghadapi negara yang berkolaborasi dengan kapitalis untuk meningkatkan penghisapan.
Meskipun demikian, apabila perjuangan buruh hanya terbatas pada soal ekonomi dan persoalan serikat semata, apa yang mereka gempur hanyalah akibatnya dan bukan akar masalah yang menyebabkan buruh terhisap. Mungkin perluasan dari penghisapannya akan terkurangi akan tetapi buruh tidak akan pernah bebas dari penghisapan. Sehingga, gerakan buruh harus meningkatkan level perjuangannya untuk memperjuangkan pembebasannya secara menyeluruh yaitu ke tingkatan perjuangan menghancurkan sistem upahan dan sistem kapitalis itu sendiri. ## rd_gsbi/2010.
Dalam keadaan ini, pembelian tenaga kerja sangat menguntungkan kapitalis. Dengan bantuan pemerintah, kapitalis dapat dengan mudah menjalankan beberapa skema untuk meningkatkan derajat penghisapannya terhadap buruh diantaranya:
Merancang upah minimum yang sangat rendah. Upah bagi buruh biasa, termasuk semua tunjangan dan bayaran lainnya tidak mencukupi untuk kebutuhan makanan yang dibutuhkan agar keluarganya dapat hidup dengan sehat.
Potongan upah yang besar yang diambil dari upah lembur, cuti sakit, bayaran kerja di hari libur dan minggu, dan juga bayaran cuti.
Undang-Undang Pengupahan dan peraturan upah minimum yang tidak diterapkan. Penetapan upah minimum sudah sangat rendah, akan tetapi masih saja banyak pabrik yang tidak mematuhinya dengan berbagai cara. Berdasarkan survey pemerintah hanya 40% perusahaan yang menerapkan UMP atau UMK. Jangankan menegakkan hukum, pemerintah justru memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk melanggar peraturan tersebut dengan cara memberikannya kesempatan menunda pembayaran atau tidak membayar sama sekali sesuai dengan peraturan yang ada. Toleransi besar pemerintah terhadap kapitalis juga berkaitan dengan penerapan “hanya kerja” kontak, sistem magang yang tidak ada batas waktu dan lain sebagainya.
Disamping upah yang sangat rendah, waktu kerja yang panjang, atau kerja dengan target yang tinggi juga dipraktekkan. Pada umumnya, perpanjangan waktu kerja atau menetapkan target yang tinggi-yang sudah pasti akan meningkatkan derajat penghisapan dan laba-yang menyebabkan keletihan yang sangat bagi tenaga kerja buruh dan merusak kesehatannya, kesemua penderitaan tersebut sama sekali tidak diikuti dengan kenaikan upah.
Upah tidak pernah naik sekalipun harga barang dan biaya lainnya yang harus ditanggung buruh terus naik. Jika pun upah mengalami peningkatan, jumlah kenikan upah tidak cocok dengan kenaikan harga dari baran. Sehingga nilai riil upah tidak berhubungan berbanding terbalik dengan kenaikan harga.
Sepanjang krisis berlangsung, buruh banyak kehilangan pekerjaan, atau pemotongan terhadap upah berdasarkan masa kerja. Dalam krisis kecenderungan alamiah dari upah selalu mengalami penurunan sebab persediaan tenaga kerja yang berlimpah tumbuh dengan cepat di pasar. Kapitalis selalu mengeruk keuntungan dari keadaan ini dengan menurunkan upah buruh untuk memperbesar perampasan nilai lebih dari kerja. Ketika ekonomi mengalami perbaikan kembali, kapitalis tetap saja tidak menaikkan upah.
Alat utama untuk mengintensifkan penghisapan kapitalis dapat dibagi menjadi dua: pertama, memperbesar nilai lebih dengan memperpanjang hari kerja. Hal ini menciptakan nilai lebih mutlak. Kedua, memperpendek waktu kerja perlu dengan memajukan alat produksi dan mesin, dan meningkatkan produksi buruh. Hal ini menciptakan nilai lebih relatif.
Yang pertama adalah perampasan sederhana dengan alat produksi yang terbelakang, dan yang kedua berhubungan dengan penguasaan kapitalis dengan komplet dan dapat merevolusionerkan alat produksi. Di negeri yang maju, cara yang pertama diterapkan pada saat krisis dan dalam sektor produksi di mana upah dan produktifitas masih rendah. Secara keseluruhan, cara yang kedua sangat berat.
Cara yang pertama berdominasi di negeri yang terbelakang, yaitu negeri setengah feodal seperti Indonesia. Beberapa bentuk penghisapan dalam bagian ini seperti: taret produksi yang tinggi, memaksakan lembur, bekerja bahkan selama hari libur dan hari minggu, membeli hari libur buruh, memperpendek waktu istirahat makan dan lain sebagainya.
Menurunkan upah ke tingkatan lebih rendah dari nilai riil tenaga kerja—sesuatu yang biasa di Indonesia—juga memperpendek waktu kerja yang diperlukan untuk memproduksi barang yang setara dengan upah buruh. Tetapi hal ini tersebut hanya terbatas pada soal biaya yang melampaui batas normal, merusak waktu kerja perlu, dan menghancurkan reproduksi tenaga kerja. Apa yang mereka praktekkan di Indonesia hanyalah pengingat saja betapa rakusnya borjuasi besar asing dan borjuasi lokal. Hal ini juga mengingatkan kita betapa dalamnya penghisapan di negeri setengah jajahan dan setengah feodal.
Tendensi umum kapitalis adalah menurunkan upah, di sisi yang lain meningkatkan nilai lebih. Upah dan nilai lebih lahir dari sumber yang sama yaitu nilai yang diptakan oleh buruh. Ketika nilai absolut mengalami kenaikan akan tetapi nilai upah mengalami penurunan, selanjutnya persentase yang diterima oleh buruh dari produk yang dia ciptakan semakin mengecil.
Sepanjang sistem upahan masih eksis, pasar masih menentukan upah, sepanjang itu pasar masih menguntungkan kapitalis. Upah aktual—meskipun juga bergantung pada keadaan pasar—tetap saja ditentukan oleh perjuangan antara kapitalis dengan buruh. Ketika organisasi buruh tidak lahir, lemah atau kecil, masih berlangsung persaingan antar buruh dan tidak bersatu melawan kapitalis. Dalam keadaan ini kapitalis akan mendapat keuntungan yang besar.
Bukan Karena Takdir Buruh tertindas
Ketertindasan kaum buruh, bukanlah karena nasib, atau takdir yang tidak bisa dirubah. Keadaan kaum buruh seperti saat ini, adalah karena kelicikan kaum kapitalis yang ingin untung sebesar-besarnya, dengan cara menindas buruh. Pemerintah, yang seharusnya melindungi hakhak kaum buruh, sangat minim sekali memperhatikan nasib kaum buruh. Malah, pemerintah selalu melindungi kepentingan kaum kapitalis dan menyalahkan kaum buruh. Ini karena pemerintah kita juga berasal dari kaum penindas yang anti kaum buruh. Dapat kita lihat, dalam beberapa kasus perburuhan, kaum kapitalis hampir selalu dimenangkan. Hampir tidak ada pengusaha yang ditahan karena melanggar undang-undang, tetapi banyak kita temui buruh yang dihukum karena dinilai melanggar undang-undang.
Dengan berbagai cara, kaum buruh selalu dibodohi, diancam, ditakuttakuti, dan dihalang-halangi untuk dapat mengetahui hak-haknya. Jadi, tidak ada jalan lain, kaum buruhlah yang harus bangkit dan memperjuangkan hak-haknya. Kaum buruh tidak dapat menggantungkan harapan kepada pemerintah yang tidak melindungi kepentingan kaum buruh.
Organisasi Serikat Buruh menjadi penting kedudukannya bagi buruh
Akan tetapi ketika organisasi klas buruh kokoh, kuat dan memiliki basis yang luas, klas buruh memiliki senjata untuk melawan kapital. Buruh dapat memperjuangkan standar upah yang layak, dan untuk mendapatkan bagian yang lebih besar atas produk tenaga kerjanya sendiri. Mereka dapat mempergunakan akumulasi kekuatannya yang besar dan peranannya yang menentukan dalam industri untuk berhadap-hadapan dengan kapitalis setiap harinya, dan menghadapi negara yang berkolaborasi dengan kapitalis untuk meningkatkan penghisapan.
Meskipun demikian, apabila perjuangan buruh hanya terbatas pada soal ekonomi dan persoalan serikat semata, apa yang mereka gempur hanyalah akibatnya dan bukan akar masalah yang menyebabkan buruh terhisap. Mungkin perluasan dari penghisapannya akan terkurangi akan tetapi buruh tidak akan pernah bebas dari penghisapan. Sehingga, gerakan buruh harus meningkatkan level perjuangannya untuk memperjuangkan pembebasannya secara menyeluruh yaitu ke tingkatan perjuangan menghancurkan sistem upahan dan sistem kapitalis itu sendiri. ## rd_gsbi/2010.