GSBI Kecam Penangkapan 2 orang Petani di Wonosobo
Pernyataan Sikap Gabungan Serikat Buruh Independen Federation of Independent Trade Union No : 002-SP/DPP.GSBI/JKT/VII/2010 Tanggal : Rabu, ...
https://www.infogsbi.or.id/2010/07/pernyataan-sikap-gsbi-atas-penangkapan.html
Pernyataan Sikap
Gabungan Serikat Buruh Independen
Federation of Independent Trade Union
No : 002-SP/DPP.GSBI/JKT/VII/2010
Tanggal : Rabu, 27 Juli 2010
Tentang : Penangkapan 2 (dua) orang Petani di Wonosobo dan Sederet Tindak Kekerasan dan Perjuangan Kaum Tani Indonesia atas Tanah.
GSBI terlibat aktif dalam perjuangan kaum buruh melawan kekuatan anti buruh, anti rakyat dan anti demokrasi. Bersama kaum tani, kaum miskin kota, pemuda mahasiswa dan sector golongan rakyat tertindas lainnya serta kekuatan-kekuatan pro demokrasi,
GSBI memperjuangkan terwujudnya demokrasi politik, ekonomi dan budaya dan mewujudkan pemerintahan yang demokratis adil dan makmur.
(Pokok-pokok Perjuangan GSBI)
GSBI memperjuangkan terwujudnya demokrasi politik, ekonomi dan budaya dan mewujudkan pemerintahan yang demokratis adil dan makmur.
(Pokok-pokok Perjuangan GSBI)
Salam solidaritas,
Sebagaimana diberitakan oleh berbagai media masa belum lama ini ada dua puluh satu (21) petani di Sulawesi Tengah ditangkap, dua (2) orang Petani di Riau ditembak karena menuntut bagi hasil yang adil terhadap pihak perkebunan Sawit, delapan belas (18) Petani di Bengkulu ditangkap, dan yang palingbaru adalah penangkapan dan penahanan dua (2) orang petani anggota AGRA Cabang Wonosobo pada tanggal 26 juli 2010 oleh Polres Wonosobo, dengan tuduhan melakukan pencurian kayu milik perhutani, dan masih banyak lagi berbagai kasus kekerasan, penangkapan, penembakan terhadap kaum tani yang sedang memperjuangkan hak atas penghidupannya yang layak serta hak atas tanah, sebagaimana Kronologis dan Pernyataan Sikap yang GSBI terima dari Pimpinan Cabang AGRA (PC.AGRA) Wonosobo dan Pimpinan Pusat Aliansi Gerakan Reforma Agrari (PP.AGRA).
Dimana dari kejadian tersebut menambah panjang bentangan tindakan kekerasan, intimidasi dan kriminalisasi terhadap kaum tani pada masa pemerintahan SBY. Di sisi lain, penghidupan kaum tani juga terus di tindas dan diancam kedaulatan hidupnya dengan berbagai kebijakan yang mempermudah perampasan tanah.
Berdasarkan pada keadaan tersebut, GSBI berpendapat bahwa sederet kejadian yang menimpa kaum tani Indonesia dan juga yang menimpa jutaan rakyat Indonesia di sektor dan golongan tertindas lainnya mengalami nasib sama, hal ini dapat dipastikan adalah akibat dampak dari situasi umum krisis Imperialisme yang semakin parah dan menuju pada puncak kebangkrutannya. Atas situasi tersebut kelas-kelas yang menggantungkan hidup dari sistem yang sudah lapuk ini terus menerus berupaya untuk menyelamatkannya, sehingga penderitaan rakyat baik di negara-negara induk kapitalis ataupun negara setengah jajahan dan setengah Feodal seperti Indonesia lebih khusus lagi menimpa dan mendera kaum tani yang tinggal di pedesaan, dengan penghisapan setengah feodalnya melalui monopoli atas tanah.
Monopoli atas tanah inilah berdampak luas, seperti perampasan tanah yang semakin brutal di Pedesaan, penangkapan petani, intimidasi dan bentuk-bentuk kekerasan yang lain yang hampir setiap hari bisa kita lihat di media masa baik cetak ataupun elektronik. Perlawan dari petani juga tidak mengalami penurunan malah semakin masif. Begitu juga di sektor buruh, perampasan upah semakin masif, PHK terus berjatuhan, system kerja kontrak dan outsourcing semakin meluas, tindak kekerasan, kriminalisasi dan tindakan pemberangusan serikat buruh/anti serikat (union busting) terus berlangsung.
Dengan demikian, akibat ekspansi besar-besaran pada areal lahan yang luas demi profit tanpa batas ini, telah mendorong berbagai tindak kekerasan serta perampasan terhadap kaum tani dalam berbagai bentuk. Paling tidak dari serentetan peristiwa tersebut di atas terdapat empat puluh tiga (43) kaum tani yang menjadi korban.
Jelas sudah dari sederet kejadian tersebut semakin membuka kedok rejim SBY sebagai rejim Fasis, rejim yang selalu mereaksi aspirasi sejati rakyat dengan tindakan kekerasan, semakin meyakinkan rakyat bahwa pemerintahan SBY-budiono adalah wakil dari kepentingan Imperialis, yang anti- Rakyat dan anti- Demokrasi. Peranan pemerintahan SBY–Boediono hanyalah sebagai pemerintahan boneka untuk memastikan berjalannya skema imperialis di Indonesia, demi kepentingannya terhadap Barang mentah, tenaga kerja murah dan pasar bagi barang overproduksi imperialisme.
Untuk itu GSBI selaku organsiasi masa yang menghimpun kaum buruh atas uraian dan kejadian-kejadian diatas menyatakan sikap :
1. Mengutuk Keras Penangkapan dan Penahanan dua (2) orang Petani Wonosobo dan menuntut untuk segera di bebaskan tanpa syarat, Berikan bagi hasil yang adil bagi kaum tani dalam pengelolaan Hutan;
2. Hentikan segala bentuk kekerasan, intimidasi, tero, penangkapan dan kriminalisasi terhadap kaum tani;
3. Laksanakan reforma Agraria sejati sekarang juga;
4. Hentikan Perampasan Upah, kerja dan Tanah;
5. Menyerukan kepada seluruh organisasi masa kaum buruh, kaum tani dan rakyat Indonesia untuk memperkuat persatuan dan memberikan dukungan serta solidaritas terhadap perjuangan kaum tani Indonesia dalam mempertahankan hak-haknya serta hak atas Tanahnya sebagai sumber utama kehidupannya.
Demikian pernyataan sikap ini kami buat, atas perhatian dan dukungannya di ucapkan terimakasih.
Hormat kami,
Dewan Pimpinan Pusat
Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI)
Rudi HB Daman
Ketua Umum
Emelia Yanti MD Siahaan
Sekretaris Jenderan