INFO GSBI -JAKARTA, 29 Maret 2018 – Ratusan massa aksi dari
Front Perjuangan Rakyat (FPR) menggelar aksi unjuk rasa di Jakarta.
Dalam aksinya itu, mereka menyambangi beberapa kantor pemerintahan
seperti Balaikota DKI Jakarta, Kementerian Pertahanan, Istana Merdeka
dan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Salah satu upaya yang ingin disampaikan dalam aksinya itu adalah
terkait dengan reforma agraria yang dijalankan oleh pemerintahan Joko
Widodo dan Jusuf Kalla. Bahkan menurut salah satu perwakilan dari elemen
yang berada di bawah aliansi FPR, AGRA menegaskan, bahwa reforma
agraria ala Jokowi-JK bukanlah bentuk reforma agraria yang sebenarnya,
melainkan hanya sebatas legalisasi tanpa menghancurkan monopoli tanah
yang selama ini meresahkan para kaum tani.
“Pemerintahan Jokowi membohongi rakyat soal Reforma Agraria dengan
bagi-bagi sertifikat tanah atau program sertifikasi. Reforma Agraria
pemerintahan Jokowi bukanlah merombak tatanan kepemilikan monopoli tanah
yang dikuasai oleh korporasi besar perkebunan besar, melainkan mengejar
target pembagian 9 juta sertifikat tanah sampai tahun 2019 yang
dilabeli sebagai cara memudahkan rakyat mendapatkan legalisasi untuk
memperbaiki penghidupannya atas tanah seluas 0,3 hektar sampai 0,5
hektar per keluarga,” kata Mohamad Ali yang merupakan Sekretaris
Jenderal Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) dalam siaran persnya,
Kamis (29/3/2018). Sekjen AGRA Mohamad Ali sedang membentangkan spanduk “Hapuskan Monopoli Tanah!” di depan Kedubes AS. [foto : Redaksikota]
Bagi Ali, reforma agraria adalah redistribusi tanah dimana secara
tegas pemerintah melalui kekuasanya melakukan upaya melepaskan monopoli
tanah dengan pembatasan kekuasaan tanah bagi korporasi untuk dibagikan
kepada masyarakat kecil untuk memperbaiki kelangsungan kesejahteraan
mereka. Namun faktanya menurut Ali ternyata reforma agraria ala
Jokowi-JK tidak seperti itu.
“Saat ini, ia telah mengeluarkan lebih dari 4,2 juta sertifikat yang
dipropagandakan sebagai keberhasilan mengatasi ketimpangan kepemilikan
tanah. Secara bersamaan, justru pemerintah memberikan kemudahan bagi
perusahaan perkebunan besar sawit yang menguasai 26 juta hektar untuk
melanjutkan Hak Guna Usaha (izin usaha) dan meluaskannya, melanjutkan
puluhan juta HPH, bagi perusahaan pertambangan yang menguasai jutaan
hektar,” tuturnya.
Kemudian menurut Ali lagi, sejauh ini sertifikasi tanah yang
dibagikan kepada masyarakat hanya sebatas seremonial belaka yang
memiliki maksud dan tujuan besar bagi bisnis kapitalis. Dengan
sertifikasi tanah tersebut, pemerintah juga sembari mendorong agar
masyarakat juga bisa memilih untuk mengagunkan sertifikat tanah mereka
ke bank jika ingin meminjam uang. Massa sedang long march dari Kedubes AS menuju Balaikota DKI Jakarta di Jalan Medan Merdeka Selatan. [foto : Redaksikota]
“Pemerintah mendorong petani untuk menjaminkannya ke bank untuk
mendapatkan modal usaha pertanian. Dengan cara demikian, pemerintah
menjalankan program Bank Dunia yakni inklusivitas keuangan di perdesaan
yang menjadikan kaum tani semakin terjerat riba yang mencekik, semakin
melarat akibat tanahnya disita bank,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ali menegaskan kembali bahwa pemerintahan Jokowi-JK
tidak akan bisa melakukan distribusi tanah yang adil ketika ia
memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang didanai lembaga keuangan
milik imperialis seperti World Bank, ADB, Bank Investasi Infrastruktur
Asia (AIIB).
“Untuk memuluskan ambisinya pemerintah menggunakan Undang-Undang No. 2
tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum yang memaksa
rakyat wajib melepaskan tanah dan tempat tinggalnya untuk pembangunan
proyek strategis nasional atau untuk ‘kepentingan umum’,” tutup Ali. Massa sedang berunjuk rasa di depan gedung Balaikota DKI Jakarta. [foto : Redaksikota]
Kemudian dalam kesempatan yang sama, Koordinator FPR Rudi HB Daman
menilai ketimpangan sosial akibat tidak dimilikinya tanah bagi
masyarakat kecil khsusunya kaum tani di Indonesia menjadi ancaman serius
bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Wajar jika kondisi ini membuat
rakyat kecil berfikir untuk menjadi buruh migran dibandingkan harus
berkiprah di negeri sendiri.
“Masalah monopoli dan perampasan tanah tidak hanya menjadi masalah
kaum tani, namun menjadi masalah seluruh rakyat Indonesia. Monopoli
tanah yang makin kuat menjadikan upah buruh selalu rendah karena tidak
adanya industri nasional, bertambah banyaknya penganguran, rakyat di
desa terpaksa terusir dan menjadi buruh migran,” kata Rudi dalam siaran
persnya.
Untuk itu dalam kegiatan “Hari Kaum Tani Tanpa Bertanah 2018” yang
digelar serentak dengan seluruh jaringan FPR seperti; Aliansi Gerakan
Reforma Agraria (AGRA), Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI), Serikat
Perempuan Indonesia (SERUNI), Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia
(KABAR BUMI), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI)-Jaksel, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi
(LMND), Pemuda Baru Indonesia (PEMBARU), Institute for National and
Democracy Studies (INDIES), Jaringan Aksi Perubahan Indonesia (JAPI)
menegaskan, bahwa mereka menolak keras kebijakan reforma agraria ala
Jokowi-JK yang tidak sesuai.
“Menolak dan melawan program Reforma Agraria palsu pemerintah Jokowi
yang telah menjadi instrumen baru perampasan dan perluasan monopoli
tanah,” tegasnya. Koordinator
FPR, Rudi HB Daman sedang berorasi di depan massa aksi yang tengah
berunjuk rasa di depan Istana Merdeka. [foto : Redaksikota]
Kemudian mereka juga menolak adanya instrumen hukum yang biasa
digunakan untuk melakukan represifitas terhadap rakyat kecil, yakni
Rancangan KUHP tahun 2018.
“Menolak rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (RKHUP) tahun 2018 dan cabut berbagai aturan perundangan fasis
yang menindas kaum tani dan seluruh rakyat melalui perampasan hak
demokratis rakyat, kriminalisasi, pemidanaan, dan stigmatisasi,”
ujarnya.
Selanjutnya terkait dengan banyaknya kasus hukum yang menjerat para
petani dan buruh kecil Indonesia, FPR pun mendesak pemerintah melalui
instrumen hukumnya untuk segera membebaskan mereka dan menghentikan
berbagai bentuk teror dan kekerasan dalam bentuk apapun.
“Bebaskan petani yang ditangkap dan hentikan seluruh kriminalisasi,
teror, dan kekerasan terhadap petani, buruh, dan seluruh rakyat yang
memperjuangkan hak-hak demokratis,” tegas mereka.
Tak hanya itu saja, FPR juga mendesak kepada pemerintahan Jokowi-JK
untuk serius meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan
tidak lagi menaikkan harga kebutuhan utama rakyat seperti halnya dengan
tarif dasar listrik (TDL), harga-harga sembako hingga bahan bakar minyak
(BBM).
“Turunkan harga-harga kebutuhan pokok dan turunkan pajak bagi rakyat,
serta menolak seluruh kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan BBM,”
tuntut FPR.
Yang tak kalah penting lagi yang menjadi rentetan tututan FPR adalah
persoalan reklamasi. Ia mendesak agar pemerintah baik pemerintah pusat
maupun pemerintahan daerah seperti Pemprov DKI Jakarta tidak lagi
melanjutkan proyek reklamasi.
“Hentikan penggusuran dan reklamasi bagi rencana mega proyek
infrastruktur pemerintah pusat yang dibiayai dari hutang dan investasi
asing,” lanjutnya.
Terakhir, Rudi HB Daman bersama dengan seluruh elemennya menolak
keras berbagai upaya kejahatan tersistematis yang dilakukan oleh
pengusaha ataupun pemerintahan. Ia tak ingin pemerintahan saat ini
diberikan label sebagai pemerintahan dan rezim fasis yang lebih rajin
menindas rakyatnya sendiri.
“Melawan intervensi, intimidasi, teror serta perang agresi yang di
jalankan oleh imperialis Amerika Serikat di berbagai negeri. Serta
menentang kekerasan dan tindasan fasis rezim boneka AS di berbagai
negeri, serta mendukung penuh perjuangan rakyat tertindas seluruh dunia
dalam melawan monopoli dan perampasan tanah,” tutupnya.
Aksi tersebut dilakukan dengan cara long march dari Kedutaan Besar
Amerika Serikat, kemudian dilanjutkan ke Balaikota DKI Jakarta. Setelah
menyampaikan berbagai tuntutannya kepada pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta, massa pun melanjutkan long march ke depan kantor Kementerian
Pertahanan dan terakhir digelar di depan Istana Merdeka persisinya di
kawasan Taman Pandang.
Aksi tersebut berjalan dengan aman dan tertib dengan pantauan dan
penjagaan ketat dari aparat kepolisian. Dan usai menggelar aksi, massa
pun membubarkan diri dengan tertib.#(2018)
The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
BalasHapusThe most iconic video slot is the 7,800-calibre slot งานออนไลน์ machine called jancasino Sweet https://septcasino.com/review/merit-casino/ Bonanza. This slot machine was developed in casinosites.one 2011, developed https://sol.edu.kg/ in the same studio by