GSBI gelar diskusi sebagai konsolidasi untuk kampanye KAA dan May Day 2015

Peringatan 60 th. KAA 19-24 April 2015, tidak akan berarti apa-apa bagi rakyat. Kaum buruh dan seluruh rakyat akan terbebas dari setiap pe...

Peringatan 60 th. KAA 19-24 April 2015, tidak akan berarti apa-apa bagi rakyat. Kaum buruh dan seluruh rakyat akan terbebas dari setiap penghisapan yang dialaminya, hanya dengan persatuan kuat untuk perjuangan bersama dibawah pimpinan aliansi buruh dan tani, tegas Ario menutup Presentasinya.

Kamis, 09/04/2015, Bertempat di Sekretariat Nasional DPP GSBI Jl Cempaka Baru V Jakarta Pusat, Gabungan Serikat Buruh Independen (GSBI) menggelar diskusi sebagai salah satu tahapan konsolidasi menuju puncak kampanye menyikapi peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan peringatan hari buruh sedunia (May Day) 1 Mei 2015. Diskusi ini dihadiri oleh pimpinan dan Anggota GSBI tingkat pabrik serta pimpinan GSBI Cabang yang ada diwilayah Jabodetabek.

Rudi HB. Daman, Ketua umum DPP GSBI yang secara lansung memimpin diskusi, dalam pembukaannya menyampaikan bahwa diskusi ini adalah program rutin GSBI yang biasa dilakukan setiap satu bulan sekali, dan diskusi saat ini adalah alah satu bagian dalam program kampanye GSBI dalam menyambut 60thn KAA dan Peringatan Hari Buruh Internasional (May Day) 1 Mei 2015 . Arti penting dari diskusi ini adalah “untuk membongkar hakekat peringatan KAA yang akan diselenggarakan pada Bulan April tahun ini dan apa perbedaan prinsipilnya dengan KAA pertama pada tahun 1955 dahulu”. Jadi, diskusi ini diselnggarakan untuk memperkuat pemahaman bersama atas latarbelakang KAA dan perkembangannya serta hubungannya dengan kebijakan pemerintah dan situasi yang dihadapi oleh kaum buruh dan rakyat Indonesia saat ini.  

Sebagai gambaran umum atas pergeseran makna dan semangat KAA saat ini dengan dahulu, dapat dilihat dalam kenyataan kondisi rakyat, khususnya kaum buruh saat ini. Dimana ada kenyataan semakin merosotnya upah buruh dan pendapatan rakyat akibat berbagai kebijakan pemerintah dibalik kerjasama-kerjasam internasional, yang dijalankan secara bilateral dan multilateral, baik ditingkat regional maupun global. Sama halnya dengan peringatan KAA kali ini yang dibungkus dengan tema “memperkuat kerjasama selatan-selatan” yang jelas sangat meng-Ilusika rakyat. Tidak berbeda dengan forum-forum internasional lainnya terus digunakan oleh Imperialisme dan pemerintah-pemerintah bonekanya untuk menciptakan berbagai skema dan kerjasama baru atas nama pembangunan untuk rakyat, Jelas Rudi.

 Dalam konteks ini, pemerintahan Negara-negara anggota KAA yang sebagian besar sudah menjadi boneka bagi Kapitalisme monopoli (Imperialisme), telah mengubah haluan KAA menjadi forum terbuka dengan berbagai kerjasama kebijakan neo-liberalisme, seperti paket kebijakan kemitraan strategis Asia-Afrika baru (New Asia-Africa Strategic partnership/NAASP), sebagai kesepakatan yang dilahirkan pada peringatan KAA tahun 2005.

Adapun yang menjadi narasumber dalam diskusi ini adalah  Ario Aditiyo, selaku Direktur Institute for National and Democracy Studies/INDIES sebagai perwakilan dari Front Perjuangan Rakyat (FPR). Dalam Presentasi pengantar diskusi Ario menguraikan penjelasan mengenai sejarah dan situasi umum dunia yang melatarbelangi lahirnya KAA dan Gerakan Non Blok, sebagai konsolidasi rakyat Asia Afrika melawan kolonialisme didaratan benua Asia dan Afrika. 

Dalam petikan penjelasan sejarahnya, Ario menguraikan bagaimana upaya kedua blok, yaitu Blok Barat pimpinan Amerika Serikat dan blok Timur pimpinan Uni Soviet terus berebut pengaruh selama dalam perang dingin. Pada masa ini, Amerika Serikat dalam melakukan perluasan pengaruh dan dominasi diberbagai belahan dunia telah melakukan berbagai upaya paksa, sehingga lahir menjadi kekuatan tunggal Imperialisme yang mendominasi dunia dan menghisap rakyat hingga saat ini.

Sebagai tahapan tertinggi Kapitalisme dengan wataknya yang Eksploitatif, Akumulatif dan, Ekspansif, Imperialisme telah menjalankan skema pengisapan-penghisapan yang sedemikian parahnya, baik melalui perang dan agresi, maupun dengan cara optimalisasi peranan pemerintah boneka ciptaannya. Dalam sector Industri, Imperialisme menindas kaum buruh dengan penghisapan nilai lebih yang ribuan kali lipat dibandingkan upah yang diterima oleh buruh. Sementara dalam upaya mengakumulasi bahan mentah, Imperialisme melakukan perampasan-perampasan tanah dipedesaan dan penggusuran terhadap Rakyat di perkotaan, jelas Ario.

Saat ini, kita hidup didalam system tersebut yang khususnya di Indonesia telah diperkuat dengan system setengah Feodal sebagai pijakannnya, sehingga rakyat kehilangan syarat untuk mendapatkan kesejahteraannya akibat penghisapan demi penghisapan yang tidak berjeda ditimpakan kepada rakyat. Karenanya, KAA yang akan diselenggarakan akhir April ini telah melenceng jauh dari semangat awalnya. Bahkan akan dipoles dengan bungkus apapun, KAA ini tidak akan memiliki kesamaan apapun dengan semangat pendiriannya yang anti penjajahan dan semangat mewujudkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat.

Kesimpulannya, Peringatan 60 tahun KAA mendatang tidak akan berarti apa-apa bagi kaum buruh dan rakyat. Kaum buruh dan seluruh rakyat akan terbebas dari setiap penghisapan yang dialaminya saat ini, hanya dengan persatuan yang dibangunnya secara luas dan kuat untuk perjuangan bersama dibawah pimpinan aliansi kaum buruh dan tani, tegas Ario menutup Presentasinya. (red-gsbi2015)#

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item