Pidato Ketua Umum GSBI Dalam Peringatan Hari Jadi GSBI ke 22 Tahun

Pidato Dalam Rangka Ulang Tahun ke-22 GSBI 21 Maret 2021 Rudi HB Daman Ketua Umum  Assalmuallaikum Wr. Wb Salam Sejahtera Untuk kita semua S...


Pidato Dalam Rangka Ulang Tahun ke-22 GSBI

21 Maret 2021


Rudi HB Daman
Ketua Umum 


Assalmuallaikum Wr. Wb

Salam Sejahtera Untuk kita semua

Salam Biru, Independen, Militan, Patriotik, Demokratik


Hidup Buruh...!!

Hidup GSBI ...!!!

Sebagai Ketua Umum GSBI, saya bangga dan terharu, tidak menyangka Hari Jadi GSBI ke-22 disambut dengan sangat antusias oleh seluruh pimpinan dan anggota serta mendapatkan bantuan dan dukungan langsung dari seluruh organisasi demokratis nasional dan para sahabat serta serikat buruh lainnya baik Nasional maupun Internasional, para aliansi yang dalam rentang waktu sangat panjang telah banyak membantu GSBI, langsung maupun tidak langsung. Kepada semuanya, kami mengucapkan banyak terimakasih, semuanya ini hanya bisa dibalas dengan komitment baru, dengan kebangkitan baru, keterorganisasian dan perjuangan GSBI yang lebih maju di masa mendatang.

Saya menyampaikan salut dan senantiasa hormat setinggi-tingginya kepada para pendiri, khususnya kepada Bang Arist Merdeka Sirait selaku penggagas dan pendiri utama GSBI yang hingga saat ini masih memberikan perhatian dan dukungan, kepada para pimpinan dan seluruh anggota pendiri GSBI yang telah belajar dengan baik dari pengalaman perjuangan klasnya di bawah pemerintahan Fasis Orde Baru Suharto sehingga dapat mengambil kesempatan terbaik mendirikan GSBI, serikat buruh sejati yang kita naungi saat ini. 

Salut dan senantiasa hormat kepada seluruh kawan, para pimpinan GSBI tingkat pabrik, seluruh aktivis dan anggotanya yang telah bertarung di pabrik-pabrik mempertahankan politik dan organisasi serikat dari belenggu dan tindasan anti serikat buruh sejati di seluruh Indonesia. Kepada seluruh kaum buruh, kaum tani, para profesional dan intelektual demokratis yang tetap berusaha berjuang untuk pemebebasan klas buruh sekalipun dalam keadaan Pandemi Covid-19, bencana alam dan berbagai kesulitan hidup. Untuk mereka seluruh rangkaian acara ulang tahun ke-22 ini dipersembahkan.

Kawan-kawan, seluruh anggota GSBI yang militan dan saya banggakan.

Semua para pendiri GSBI, telah membawa kita pada tingkatan ini, sekarang saatnya kita semua bersama, bersatu secara politik dan organisasional, meneguhkan pandangan dan pendirian kaum buruh, menunjukkan pengabdian terbaik, mewarisi semangat para pelopor di masa lalu untuk menjadikan GSBI sebagai organisasi serikat buruh sejati yang kuat dan besar, menjadi sandaran bagi kaum buruh dalam perjuangan meringankan beban hidup, membantu semua anggota dan kaum buruh luas memiliki daya tahan bersenjatakan pengetahuan dan pengalam perjuangan klas yang maju. 

Situasi krisis internasional dan Indonesia adalah tantangan yang harus di jawab oleh para pimpinan, para aktivis dan seluruh anggota GSBI dalam merumuskan dan menjalankan rencana taktis dan strategisnya ke depan. Perjuangan ekonomi-serendah apapun kaum buruh saat ini akan menghadapi rintangan politik yang tidak ringan, terutama sejak Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja disahkan. Undang-Undang ini menjadi petanda krisis yang semakin tidak tertangani, dan kaum buruh harus kembali menjadi tumbalnya bersama-sama dengan kaum tani di negeri setengah jajahan dan setengah feodal. 

Situasi internasional dan nasional saat ini memberikan dua tantangan sekaligus bagi GSBI sebagai organisasi dan gerakan buruh sejati. Pertama, krisis laten over-produksi telah mendorong intensitas produksi sehingga persaingan antar kapitalis monopoli internasional semakin tajam dan sangat akut. Mereka berlomba memenangkan pasar yang semakin sempit dengan berbagai cara, mengganti mesin dan peralatan kerja termasuk proyek digitalisasi produksi, ekspansi pasar virtual dan yang lebih parah adalah dengan terus berusaha membekukan kenaikan upah atau menekannya hingga tingkatan terendah, setara Kebutuhan Fisik Minimum di negeri imperialis. Kedua, mematikan kapital produktif dan utangnya mengalir deras ke negeri setengah jajahan dan setengah feodal seperti Indonesia, sebagai harapan terbaik untuk bisa berproduksi lebih mudah dan murah.  Di tengah over-produksi yang semakin parah, produksi harus terus berjalan, tidak bisa dan tidak boleh dihentikan. 

Sekalipun komoditas menggunung dan semakin menjauh dari keperluan keseluruhan masyarakat di dunia, produksi harus tetap berjalan, bila tidak sistem kapitalis runtuh. Produksi material di tangan kaum buruh dan kaum tani sangat diperlukan sebagai penjamin agar uang tetap bisa menjadi kapital, berbagai ragam kertas berharga, surat utang-obligasi tidak boleh menjadi sampah yang tidak berharga!

Karena itu, tidak pada tempatnya Presiden Joko Widodo dan para anggota kabinetnya menunjukkan dirinya berjuang begitu rupa menarik investasi asing dan utang ke Indonesia. Kondisi manufaktur dan tumpukan kapital finans yang parah di negeri imperialis, tidak ada pilihan bagi imperialis kecuali mengalirkan kapital produktif dan utang lebih besar dan memaksa lebih lancar lagi daripada sebelumnya. 

Dalam hal ini, Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja sangat penting dan relevan bagi imperialis. Tidaklah mengherankan apabila pemerintah Amerika Serikat melalui Menteri Luar Negerinya, Mr. Pompeo, khusus datang ke Indonesia memberikan hadiah perpanjangan Generalized System of Preferences Facility (GSP) pada pemerintah Indonesia setelah penetapan undang-undang tersebut. 

Kawan-kawan pimpinan dan seluruh anggota GSBI yang militan dan saya banggakan.

Imperialis tidak hanya memaksa negeri setengah jajahan dan setengah feodal membuat undang-undang, akan tetapi tetap akan meningkatkan ancaman perang agresi dan intervensinya untuk memaksa berbagai negeri menerima aliran kapital finansnya, lebih bebas dan lebih besar lagi dari pada era sebelumnya. Dalam situasi tersebut nasib kaum buruh, kaum tani dan pekerja lainnya di Indonesia berada dalam ancaman pelipat-gandaan penderitaan yang nyata. Peralihan beban krisis dari negeri imperialis ke negeri setengah jajahan dan setengah feodal, seperti Indonesia, jauh lebih intensif dan akan akan semakin ekstensif ke depan.

Lagi pula pembangunan kompleks industrial baru di seluruh pulau besar di Indonesia, bukanlah di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sejak zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, imperialis telah mempersiapkan seluruh Roadmap – dengan nama Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) – untuk menampung kapital produktif dan utang miliknya di Indonesia. Lengkap sudah, Omnibus Cipta Kerja telah ada, GSP Fasility sudah ditangan, tinggal usaha menaklukkan kaum buruh dan rakyat agar tidak menghalangi seluruh skema ini.  

GSBI sebagai serikat buruh sejati sedari awal menyadari situasi ini, dan berusaha untuk merumuskan rencana memperkuat dan memperluas pengorganisasian, berusaha memahami situasi internasional dan dalam negeri yang tengah berkembang. Berusaha keras mengadaptasi pelipat-gandaan penderitaan kaum buruh dan rakyat secara keseluruhan yang semakin parah dan tidak tertangani karena Pandemi Covid-19, bencana alam yang berkelanjutan, kenaikan harga berbagai jenis keperluan pokok kaum buruh yang meninggalkan jauh tingkatan upah minimum nominal yang berlaku.

Bagi GSBI justru pada saat krisis kronis sistem SJSF yang parah dan penderitaan kaum buruh yang berlipat-ganda inilah perjuangan klas kaum buruh menemukan alasan kebangkitan, keterorganisasian dan ketermobilisasian yang sebenarnya. Ini adalah kesempatan emas bagi para pimpinan dan aktivis buruh sejati untuk menunjukkan kemampuan dan pengabdian terbaiknya pada kaum buruh, pada perjuangan rakyat tertindas dan terhisap, pada perjuangan untuk pembebasan dan perubahan fundamental di Indonesia.

Demikian pidato ulang tahun ini saya sampaikan

Atas perhatiannya saya sampaikan terimakasih

Selamat Ulang Tahun ke-22 bagi GSBI “TERUS PERKUAT DAN PERLUAS GSBI SEBAGAI KEKUATAN GERAKAN BURUH SEJATI DI INDONESIA”.

Jayalah GSBI !!!

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item