Pernyataan Sikap dan Tuntutan FPR dalam Aksi Peringatan Hari Tani Nasional 2021

Pernyataan Sikap Front Perjuangan Rakyat (FPR) Pada Peringatan Hari Tani Nasional (HTN) 24 September 2021 “Jalankan Land Reform Sejati Untuk...


Pernyataan Sikap Front Perjuangan Rakyat (FPR) Pada Peringatan Hari Tani Nasional (HTN) 24 September 2021

“Jalankan Land Reform Sejati Untuk Mengakhiri Pandemi Laten Kemiskinan dan Keterbelakangan Bangsa dan Rakyat Selamanya, dan untuk Mengakhiri Dominasi Imperialis yang Melestarikan Sistem Kekuasaan Setengah Jajahan dan Pemerintahan Boneka yang Korup, Tidak Kompeten dan Anti Rakyat yang Mempermalukan, Menghina kehormatan, Membodohi Bangsa dan Rakyat Indonesia!”


Salam Demokrasi Nasional !!!

Hari Tani Nasional setiap tahun adalah peringatan penting dan keras tentang kegagalan land reform sejati di Indonesia. Kegagalan ini telah mengakibatkan kaum tani terbelenggu dalam sistem Setengah Feodal hingga sekarang. Jutaan klas buruh Indonesia bekerja dalam manufaktur olahan pertanian dan pangan milik imperialis, pabrik milik borjuasi besar komprador yang dibiayai oleh kapital utang dan kapital produktif milik imperialis. Mereka bekerja dengan proporsi upah yang sangat timpang dibandingkan dengan nilai hasil produksi yang dirampas sebagai super profit dan repatriasi ke negeri imperialis. 

Peringatan Hari Tani 24 September 2021 kali ini berlangsung di tengah kegagalan Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melambungkan ilusi program land reformnya: Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial (RAPS). Presiden JOKOWI juga berusaha menghidupkan kembali Program Food Estate, ide abortif Menteri Pertanian Suswono di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di tahun 2008. Presiden JOKOWI mencoba jalan pintas untuk mengamankan pangan nasional di tengah kefrustrasian dan histeria penanganan Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan kekurangan pangan parah, kemiskinan akut berlipatganda, pengganguran dan putus sekolah di kalangan rakyat khususnya kaum tani di pedesaan.

Peringatan Hari Tani 24 September 2021 kali ini juga berlangsung di tengah kelaparan mayoritas rakyat dunia sementara kapitalis besar monopoli internasional G-7 dan China, perusahaan monopoli pertaniannya (Agropoly) merampas hasil kerja kaum tani dari seluruh dunia untuk super profit. Mereka mengirim jutaan jenis sampah pengganjal perut berupa produk pangan instan yang mereka sebut produk pangan maju ke negeri Setengah Jajahan dan Setengah Feodal (SJSF). Semuanya dijual satu paket dengan gaya hidup urban kapitalis merajai gudang pangan dan supermarket di negeri-negeri SJSF. Pangan-pangan tersebut mengirim jutaan orang ke rumah sakit dan menemui ajalnya karena kanker, diabetes, dan aneka penyakit lambung kronis. 

Amerika Serikat dan negeri kapitalis besar Eropa dan Jepang memberikan subsidi besar bagi pertaniannya, menerapkan bea impor yang tinggi bagi komoditas pertanian dari berbagai negeri ke negerinya sendiri. Dalam waktu bersamaan memaksa seluruh negeri SJSF membuka pasar seluas-luasnya bagi komoditas pertanian Amerika dengan bea masuk serendah-rendahnya. Subsidi besar negeri imperialis diberikan pada perusahaan besar pangannya seperti Dupont, Monsanto dan Sygenta untuk menguasai produksi dan pasar pertanian dunia atas nama chauvinisme Amerika! 

Negara imperialis dan perusahaan monopoli pertanian besarnya mendikte dan membiayai perubahan undang-undang investasi di bidang pertanian di berbagai negeri. Jutaan hektar tanah menjadi milik para tuan tanah besar kaki tangannya di negeri SJSF atau jatuh ke tangan perusahaan besar pangan asing secara langsung. Mereka mempekerjakan para tani miskin dan buruh tani dalam sistem produksi setengah feodal dengan memberlakukan sewa tanah dan peribaan yang mencekik serta upah buruh tani yang sangat rendah, yang dimanipulasi dengan sistem Inti-Plasma, Kemitraan dan Bapak-Angkat. Di Indonesia, sejak keluarnya Undang-Undang Inevstasi No 25 tahun 2007, perusahaan asing menanamkan investasi tanpa batasan berarti bahkan menguasai tanah pertanian secara langsung tanpa halangan. Tahun 2020, Undang-Undang Omnibus Cipta Kerja memberikan dorongan berlipat untuk perampasan tanah berkelanjutan.

Peringatan Hari Tani 24 September 2021 kali ini berlangsung tindasan atas kaum tani yang sangat parah di berbagai belahan dunia baik oleh pemerintah boneka imperialis seperti tindasan Presiden Rodrigo Duterte atas kaum tani Filipina, kebijakan neo-liberal Perdana Menteri Modhi India, Junta Militer Myanmar, perang agresi di Yaman, Iraq, Palestina dan Syria. Jutaan kaum tani menderita karena perang agresi dan intervensi imperialis Amerika Serikat dan NATO-nya.

Kaum tani tidak tinggal diam. HTN 2021 ditandai oleh aksi militan kaum tani di berbagai negeri mengabaikan seruan dan larangan negara reaksioner untuk berkumpul atas nama Protokol Kesehatan Covid-19. Perjuangan klas kaum tani menyebar luas tidak tertahankan melebihi Corona Virus Disease-19 (Covid-19) dan variannya, menyebar dan terhubung satu-sama lain dengan berbagai cara ke seluruh dunia hingga ke Indonesia. Di Hari Tani 24 September 2021 ini, peringatan keras harus diberikan pada imperialis dan kaki tangannya agar berhenti menghina, membodohi, menindas dan menghisap rakyat khususnya kaum tani, suku bangsa minoritas, nelayan kecil, para pemukim dan penggarap di hutan, pemuda dan perempuan tani. 

Kita telah menarik pelajaran berharga bahwa kebijakan, peraturan dan program se-progresif apapun yang bisa dibuat oleh negara dan pemerintah nasionalis sekalipun, apalagi dibuat oleh negara dan pemerintah boneka imperialis, tidak akan bisa dijadikan dasar untuk memenangkan land reform dan menciptakan kedaulatan pangan di Indonesia apabila tanpa bersandar pada kekuatan pokok yaitu kaum tani itu sendiri dan sekutu dasarnya klas buruh. Perjuangan klas untuk landreform sejati tidak bisa dimenangkan dengan jalan damai semata selama negara dan pemerintahan boneka-imperialis masih setia menindas dengan kekerasan senjata setiap tuntutan mendesak dan strategis kaum tani, klas buruh, tuntutan rakyat tertindas dan terhisap Indonesia yang telah bertekad memenangkan landreform sebagai pembuka jalan sekaligus basis bagi pembangunan Indonesia sebagai negara industri maju.

Kepada seluruh klas dan sektor lainnya terutama kaum buruh, buruh migran, para intelektual demokratis, para profesional, pekerja seni dan sastra, pemuda dan perempuan ayo menangkan landreform sejati lebih dahulu, ayo bebaskan kaum tani lebih dahulu sebagai syarat pembebasan klas dan sektor lainnya, sebagai syarat pembebasan bangsa Indonesia dari imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat. Landreform sejati adalah syarat agar negeri ini bebas dari keterbelakangan dan menjadi negeri industri, bebas dari hantu kemiskinan dan pengangguran, bebas dari ketertinggalan, dan bisa setara dengan bangsa dan masyarakat maju manapun di dunia. 

Di Hari Tani Nasional 2021 ini, Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyampaikan tuntutan kaum tani, klas buruh dan seluruh rakyat tertindas dan terhisap di Indonesia:

Hentikan pemberlakuan seluruh kebijakan dan keputusan penanganan Covid-19 yang menyebabkan lahirnya biaya dan beban hidup baru bagi rakyat Indonesia. Akhiri seluruh sertifikasi vaksinasi berbayar, pemeriksaan Covid-19 berbayar untuk keperluan transportasi. Pemerintah harus bertanggungjawab atas seluruh dampak kehancuran upah dan pendapatan serta bertanggung jawab atas biaya pendidikan dan kesehatan rakyat karena dan selama Covid-19.     

Hentikan seluruh bentuk aktivitas penanganan Vaksin yang sama-rataisme antara desa dan kota, masyarakat dengan mobilitas tinggi dan tidak, daerah padat dan tidak, dan berbagai bentuk pembatasan yang berlebihan dan tidak diperlukan di pedesaan yang sudah terbatas dan terisolasi.

Pemerintah harus bertanggungjawab atas pangan rakyat yang cukup dan murah di desa dan kota, produksi kaum tani yang murah, dan nilai tukar kaum tani, peternak, nelayan yang adil. Pemerintah harus menghentikan pembangunan Food Estate untuk pemenuhan pangan nasional. Pangan nasional harus diproduksi oleh kaum tani sendiri. 

Segera jalankan LAND REFORM SEJATI sebagai satu-satunya jalan untuk mengakhiri sistem pertanian terbelakang yang menyebabkan kesengsaraan panjang kaum tani dan seluruh rakyat Indonesia. Tanpa Land Reform sejati Indonesia selamanya hidup dalam sistem konyol imperialisme. Tenaga produktif Indonesia hanya digerakkan untuk produksi pertanian komoditas berorientasi ekspor bersandar pada kapital asing agar terus bergantung pada impor berbagai jenis keperluan pangan dan keperluan vital nasional lainnya.

Laksanakan LAND REFORM SEJATI untuk mengakhiri MONOPOLI TANAH oleh negara dan para tuan tanah besar lainnya berserta sewa tanah dan riba serta upah buruh tani yang sangat rendah yang lahir karena monopoli tanah tersebut.

Laksanakan LAKSANAKAN LAND REFORM sebagai jalan untuk melestarikan hutan dan lingkungan serta mengakhiri secara fundamental seluruh bencana alam yang mematikan seperti banjir dan longsor serta kekeringan dan kebakaran lahan.   

Segera hentikan seluruh kebijakan industri palsu, kemajuan artifisial yang anti rakyat seperti pembangunan pabrik olahan nikel, baterei, kendaraan listrik, yang tidak mendesak dan diperlukan. Sementara kaum tani dan klas buruh sangat menderita karena mesin dan alat kerja pertanian sepenuhnya impor, sangat terbatas dan mahal.  

Segera bangun industri nasional untuk mesin dan peralatan maju tetapi sederhana dan murah untuk kaum tani dan manufaktur keperluan hidup rakyat Indonesia sendiri. 


Jakarta, 24 September 2021

Hormat kami


Front Perjuangan Rakyat (FPR)





Rudi HB. Daman


Koordinator Umum


Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) - Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) – Front Mahasiswa Nasional (FMN) – Pemuda Baru Indonesia (PEMBARU Indonesia) – Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI) – Serikat Demokratis Mahasiswa Nasional (SDMN) – Keluarga Besar Buruh Migran Indonesia (KABAR BUMI) – Institute for National and Democracy Studies (INDIES)

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item