Isi Pidato Ketua DPD GSBI Sumut dalam Peringatan Hari Tani Nasional 2021

Isi PidatoK etua DEWAN PIMPINAN DAERAH GABUNGAN SERIKAT BURUH INDONESIAP ROVINSI SUMATERA UTARA (DPD GSBI SUMUT) DALAM MEMPERINGATI HARI TAN...


Isi PidatoK etua DEWAN PIMPINAN DAERAH GABUNGAN SERIKAT BURUH INDONESIAP ROVINSI SUMATERA UTARA (DPD GSBI SUMUT)

DALAM MEMPERINGATI HARI TANI NASIONAL, 24 SEPTEMBER 2020

“Kami dari klas buruh indonesia,  selaku sekutu sejati kaum tani Indonesia mengucapkan selamat memperingati Hari tani Nasional”

“Perkuat dan Perluas Persatuan Klas Buruh, Kaum Tani dan Rakyat Indonesia : Selamatkan rakyat, Tumbangkan imperialisme dan kaki tangannya, bebaskan dan majukan rakyat di bawah sistem baru“


Salam Demokrasi Nasional!!!

Di Negeri ini, penguasaan produksi massal hasil kerja klas buruh dan komoditas pertanian kaum tani, di kuasai imperialisme beserta kaki tangannya. Kekayaan alam dan kerja keras rakyat dalam menciptakan keperluan industri, kemajuan pengetahuan dan teknologi dikuasainya dan disalah-gunakan untuk kepentingan kapital barunya dan bukan untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat yang mengalami kelaparan. Kejahatan kemanusiaan ini, mereka perlihatkan melalui tumpukan pangan yang membusuk di gudang-gudang pabrik dan badan logistik negara, di pelabuhan-pelabuhan, dan pada saatnya dikumpulkan di pusat pembuangan sampah untuk dihancurkan dan diolah kembali. 

Uraian panjang penderitaan rakyat tak kunjung sembuh melalui skema penumpukan hutang dan investasi di negeri ini. Jokowi mesti berani nyatakan bahwa kebijakan tersebut GAGAL. Dimasa Pandemi COVID-19 tingkat kemiskinan rakyat diluar batas ambang kesanggupan, mengerikan dan menakutkan, padahal pinjaman hutang luar negeri sudah begitu banyak dilakukan jokowi untuk mengatasi problem covid-19 yang mengatas namakan rakyat ini. Nyatanya tingkat konsumsi dan kelaparan malah meluas, harga-harga kebutuhan melambung tinggi karena kebutuhan beras, gula, telor ras, minyak, daging sapi, ayam ras, bawang, cabe didatangkan ke Indonesia melalui import besar-besaran. Disisi lain, ada kenaikan pada harga pupuk, bibit, pertisida dan pakan yang menyebabkan pertanian pangan rakyat mengalami penurunan ditambah lagi penerapan social distancing membuat kaum tani kesulitan memasarkan hasil panennya. Tentunya tani sedang bawah, tani miskin dan buruh tani mengalami pukulan yang sangat berat dimasa pendemi covid-19. Klas buruh mengalami problem yang sama dengan kaum tani, penurunan kenaikan nilai upah karena ancaman relokasi perusahaan tetap sebagai penyumbang kemiskinan, ditambah lagi kondisi pandemi covid-19 yang menyebabkan hampir seluruh buruh menjalani sistim dirumahkan dengan upah rerata 50% seperti nasib klas buruh di PT. Damai Abadi dan bahkan hanya mendapatkan 30% upah atau berkisar 1 juta rupiah sebagaimana yang dialami klas buruh di PT. Sari Murni Pratama yang berkedudukan di Kabupaten Deli Serdang, yang kini di PHK. Pandemi covid-19 tentu banyak membuat perusahaan kelimpungan karena ada pembatasan produk eksport seperti tekstil, logam dan sawit, akan tetapi industri-industri imperialis tetap menjadi juara karena mereka merupakan pemilik dan pemasok modal bagi perusahaan-perusahaan di banyak negara termasuk indonesia. Namun disisi lain, perusahaan-perusahaan komprador maupun imperialisme seperti PT. Beesco Indonesia di karawang dan PT. Sunindo Adipersada di Bogor menjadikan issu Covid-19 untuk mem-PHK pekerjanya. Jokowi diam atas hal ini, buktinya sampai saat ini tidak ada penindakan yang tegas terhadap perusahaan. Malah jokowi semakin menguatkan kedudukan dan membenarkan tindakan PHK tersebut, dengan terus berupaya menerbitkan dan memaksa lahirnya regulasi omnibus law ditengah situasi duka corona, yang salah satu klaster terpenting dalam draf omnibus law tersebut mengenai pasal-pasal cipta lapangan kerja. 

Problem corona yang tidak terselesaikan dengan waktu yang lama, menyebakan harga kadar Karet kering (KKK) 50 dan 40 yang pada umumnya dihasilkan dari kebun karet kaum tani sedang bawah dan tani miskin mengalami penurunan, dengan harga bayar berkisar Rp. 6.142 untuk jenis KKK-60 dan Rp. 4.914 untuk jenis KKK-40. Begitu juga dengan petani sawit, mengalami penurunan harga. Kondisi ini, menyebabkan kaum tani tak bermilik mengalami defisit pemasukan ekonomi karena hasil kerjanya yang berbasiskan pada sistim sewa. Keadaan ini membuat kaum tani tak bermilik, putus asa akhirnya menambah hutang riba yang tidak akan pernah terlunasinya sampai mati. Pandemi covid-19 juga menjadi persaolan bagi para pedagang di pasar-pasar tradisional bermodal kecil, banyak yang mengalami kebangkrutan karena dengan waktu yang lama berada dalam penindakan social distancing. Sementara social distancing tidak berlaku terhadap industri-industri besar milik imperialis dan komprador, nyawa buruh di korbankan demi produk massal yang melahirkan super profit. Krisis dan kontradiksi saat ini adalah situasi yang baik bagi tumbuh dan berkembangnya gerakan maju organisasi demokratik di indonesia, termasuk GSBI. Oleh karena itu, dalam momentum hari tani nasional ini, kami dari Dewan Pimpinan Daerah Gabungan Serikat Buruh Indonesia Provinsi Sumatera Utara, menyerukan “Perkuat dan Perluas Persatuan Klas Buruh, Kaum Tani dan Rakyat Indonesia : Selamatkan rakyat, Tumbangkan imperialisme dan kaki tangannya, bebaskan dan majukan rakyat di bawah sistem baru“. []. 

Medan24 September 2020

Hormat kami :

DPD GSBI PROVINSI SUMATERA UTARA

AHMADSYAH/Ketua

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar dan jangan meninggalkan komentar spam.

emo-but-icon

Terbaru

Populer

Arsip Blog

item